BAHASA GAUL DAN PELESTARIAN BAHASA DAYAK NGAJU.

BAHASA MENUNJUKKAN BANGSA , itulah bunyi sebuah ungkapan.

Sebagai seorang awam yang tidak ahli dalam bahasa, tetapi sangat prihatin melihat kenyataan bahwa generasi muda Kalimantan Tengah sudah banyak yang melupakan bahasa ibu mereka sendiri, seperti Bahasa Ngaju, Maanyan, Kedorih, Lamandau,dll, khususnya bahasa Ngaju yang umum dipakai sehari-hari.Bahasa Ngaju hanya dipakai oleh orang tua dan nenek, kecuali dipedesaan masih ada kaum muda yang berbahasa Ngaju.

Penulis sangat merindukan kembali mendengar bahasa -bahasa yang sangat unik tersebut. Tahun 2006 saat di Barito Timur, dalam perjalanan lewat darat sengaja singgah di Pasar tradisional, berjejal di pasar sayur dan pasar ikan …. Hanya demi mau mendengar penduduk local berbicara bahasa Maanyan dan Kalua….. namun penulis kecewa…… yang penulis dengar lagi-lagi bahasa Banjar.

Tahun 2007 saat penulis Ke Kasongan Kabupaten Katingan, penulis sengaja jalan-jalan ke Pelabuhan sungai, disitu banyak orang berkumpul menunggu klotok( kendaraan air untuk berangkat ke Tumbang Samba dan TumbangLahang. Saya mendengar mereka bicara pakai bahasa Katingan yang merdu ….saya lega . Kerinduan terobati walau hanya sebentar berbincang dengan mereka. Kunjungan ke Kabupaten Lamandau juga penulis masih menemukan bahasa lamandau walaupun banyak yang memakai bahasa Indonesia gaul.

Kurang lebih Lima belas tahun terakhir ini semakin luas dan sangat digemari oleh generasi muda di Kalimantan Tengah , yang namanya Bahasa gaul . Bahasa gaul seolah-olah sudah menjadi bahasa Indonesia formal. Dimana saja, kapan saja, bahasa gaul menjadi trend anak muda.Media TV sangat ampuh menyebarkan bahasa-bahasa prokem tersebut yang lama kelamaan menjadi bahasa Indonesia karena dipakai juga disemua pertemuan. Kecuali forum acara resmi kenegaraan.

Bahkan para pendidik , penceramah, Pejabat, juga sering tidak sadar menyelipkan bahasa Betawi dan bahasa gaul pada saat mengajar , memberi ceramah atau dialog dalam suatu forum resmi, misalnya seperti kata “ …gitu loh ….”, ….bareng…., elo, sih…,.dong….,deh…,cuek,…emang gue pikirin…..Seolah-olah kurang pas kalau tidak memakai gaul. Mungkin dianggap “ nggak gaul “, nggak keren “,dll

Disaat yang sama Bahasa Dayak khususnya Bahasa Dayak Ngaju yang dulu sangat umum dipakai, mulai ditinggal ,tidak dipakai, tidak dikenal , oleh generasi muda Dayak khususnya dan orang Kalimantan Tengah umumnya. Kebanyakan generasi muda Dayak lebih fasih berbahasa Indonesia gaul dean bahasa Banjar daripada bahasa Dayak. Padahal didalam pergaulan dan bermasyarakat , seseorang dikenal dari bahasanya , dari logat dia berbicara , sehingga kita bisa tahu darimana dia berasal.

Sampai tahun 1970 bahasa Ngaju masih terdengar sebagai bahasa sehari-hari dipakai di rumah , di pasar, di tempat pertemuan, di tempat ibadah, di sekolah, di kampus, di kantor, di tempat pesta ,dimanapun baik itu pertemuan kaum muda ataupun kaum tua. Saat itu Nuansa Dayak terasa sangat kental di Kalimantan Tengah sehingga para pendatang dengan cepat bisa berbahasa Ngaju karena kaum muda memakai bahasa Ngaju untuk percakapan sehari-hari.

Sejak masuknya Televisi ke Kalimantan Tengah tahun 1980 ,… surat kabar, macam-macam majalah remaja, dan hubungan tranportasi pesawat lancar ke pulau Jawa.

Sejak itulah kebanyakan keluarga Dayak mengajar anak berbahasa Indonesia untuk percakapan sehari-hari .

Tidak heran akhirnya bahasa Ngaju, mulai terlupakan , tidak lagi digemari dan parahnya dianggap kuno dan kampungan.

Tidak hanya bahasa nya, dialegnya pun …. Kalau berbicara indonesia masih ada dialeg logat Ngaju maka , yang berbicara akan diolok dan ditertawakan , akhirnya sebisa-bisanya logat Ngaju itu tidak terdengar sedikitpun oleh si pemakainya saat berbicara..

Bahasa menunjuk Bangsa.

Siapa yang tidak bangga kalau bangsa lain , suku lain dengan fasih memakai bahasa Dayak Ngaju, paling tidak orang mengerti secara pasif. Saat berbicara orang langsung tahu seperti apa logat bahasa Dayak dan langsung tahu bahwa dia berasal dari Kalimatan tanah dayak .Misalnya seperti orang sudah sangat akrab dengan logat Batak, Bali, Padang, Ambon, Jawa, Manado…dan seharusnya juga Dayak juga demikian , bisa dikenal secara nasional .

Sudah saatnya bahasa Ngaju kembali lagi di bahasakan dalam setiap rumah tangga di Kalimantan Tengah.

Khususnya pada keluarga muda yang masih mempunyai anak kecil usia Emas 1-12 tahun, agar mereka menanamkan , memakai dan mengajarkan sekaligus bahasa Dayak,Bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan bahasa Inggris kepada anak, karena usia tsb anak cepat mengerti,serta untuk lebih mencintai bahasa ibu.

Daripada uang dibelanjakan untuk makanan yang kurang perlu, mainan mahal yang lama kelamaan anak bosan , dan bisa rusak , lebih baik uang digunakan untuk belajar bahasa asing juga. Karena pada masa globalisasi ini penguasaan bahasa asing sangat diperlukan dengan tidak melupakan bahasa ibu sebagai identitas diri.

Untuk mempercepat pelestarian kembali maka instansi yang paling berkompeten melaksanakan adalah Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Kalimantan tengah yang saat ini dijabat oleh Bapak Drs Hardi Rampay. Beliau sangat gencar ,peduli dan memperhatikan akan perkembangan Budaya Kalimantan tengah khususnya pendidikan Wajar 9 tahun

Adanya Program ini menunjang program Gubernur Kalimantan Tengah MAMANGUN DAN MAHAGA LEWU

Dengan program Muatan lokal telah ada diterbitkan dan dicetak buku paket Upon Ajar Basa Dayak Ngaju dikarang oleh Hanna Pertiwi Spd cs , Kamus Bahasa Dayak dan Cerita Rakyat oleh Drs.Donis Iper ,dll

Suatu prestasi dan kebanggaan bagi kita semua , semoga Bahasa Ngaju kembali membumi ,dicintai ,dalam akar budayanya. Terutama peran orang tua sangat menentukan dalam pelestarian ini.

Disarankan untuk lebih disenangi remaja , maka perlu ada variasi kegiatan seperti Mengarang minimal dua kali sebulan, lomba mengarang, lomba karungut, Lomba mendongeng atau bercerita ,vocal group di sekolah-sekolah.

Program KAMPANYE KUTAK ITAH ( Bulan Berbahasa Ngaju ) sangat penting untuk diprogramkan pada momentum tertentu, dimana selama sebulan penuh dikumandangkan lagu-lagu dayak, ditempat-umum, terminal, dirumah, di toko2, dipasar, dan memperkatakan bahasa Ngaju sebagai bahasa percakapan selama sebulan, pada momentum tertentu dan wajib di dalam keluarga..

Kita semua tidak mengharapkan dua puluh tahun kedepan Bahasa Dayak Ngaju masuk ke Museum. Kita ingin Bahasa Dayak menjadi tuan dinegri sendiri.

Penulis : LINDA NISIDA

0 komentar:

Posting Komentar